Essay ini adalah bentuk Shock Therapy terhadap
manusia-manusia yang mengaku sebagai kader dakwah. Mereka yang masih
berada di dunia kampus (Aktivis Kampus), dan di dunia di mana usia
pernikahan sudah mendekat (Pasca Kampus).
Di
sebuah negeri antah berantah, Allah menghendaki sebuah kampus di kota
tersebut mencapai kefutuhan. BEM di kuasai, memiliki kader yang banyak
dan tak ketinggalan legalisasi kampus terhadap organisasi ini telah
didapat. Sehingga berbagai kegiatan begitu mudah mereka laksanakan
tanpa aral melintang.
Teringat sebuah Taujih dari seorang
Ustadzah (lupa namanya), dikatakan bahwasanya sebuah kampus ketika
dalam perjalanan dakwah tidak mengalami cobaan yang melintang. Semua
begitu mudah. Namun bukan berarti dakwah mereka baik-baik saja. Justru
sebaliknya, dakwah seperti inilah yang bermasalah. Kenapa bermasalah,
karena Fitrah atau Sunnatullah-nya sebuah pergerakan dakwah adalah
besar dan beruntunnya cobaan yang menghalang mereka. Jadi banggalah
bagi kita ketika dalam perjalanan dakwah ini, kita banyak menemukan
aral melintang, namun ketika kita mampu melaluinya, maka akan Allah SWT
naikkan derajat orang-orang yang di dalamnya. Tidak jarang, mereka
yang merasa kampusnya tenang-tenang saja, menjadi ujub, sombong, dan
syum’ah. Wallahu a’lam
Kampus ini sudah mengalami kefutuhan
sangat lama. Kader mereka begitu banyak di setiap fakultas lebih 20
orang menjadi anggota inti. Kuantitas maju, tidak dibarengi dengan
kualitas yang pas sesuai dengan manhaj yang mereka pegang.
Permainan Hati Aktivis Kampus
Dialog yang disampaikan salah satu MR-ku dulu.
“Ass..
Ukh, moga sehat ya, bisa datang syuro’ hari ini, semoga kesibukan anti
tidak menghalangi anti untuk terus istiqomah berada di jalan dakwah
ini. Sebagai sodara ana senantiasa mendo’akan saudara ana.” SMS dari
seorang ikhwan.
“Wass, iya akh, jazakallah atas do’anya. Tapi ana agak sedikit sakit gigi nich, sudah minum obat padahal.” Balas si Akhwat.
“Hayyoo,, jarang sikat gini kali anti... heheh kidding” Balas si Ikhwan.
“He,, enak aja, antum kali yang jarang.. piss.” Balasnya kemudian..
Dan
panjanglah malam itu SMS mereka. Saling menunggu jawaban satu sama
lain. Kesan pertama tergoda syetan, selanjut terserah syetan.!!!
Akhirnya mereka berdua benar-benar kesyetanan. Karena “permainan” itupun
terjadi
Contoh kasus, adalah kampus di negeri antah berantah
itu, entah bagaimana komunikasi mereka. Dengan jantan seorang ketua di
salah satu fakultas (Ikhwan) menembak Akhwat untuk diajak menjadi bagian
dari hidupnya, namun bukan untuk menikah, tapi HUBUNGAN TANPA STATUS
karena PACARAN bagi mereka adalah HARAM. Begitulah pintarnya syaithan
menganggu anak cucu Adam. Kalau seperti itu apa bedanya?
Kasus
ini kasus klasik yang tak bisa terbantahkan, seorang Akhwat dengan
pasrahnya “disetubuhi” oleh Ikhwan sehingga mengalami “kehamilan” dalam
tanda kutip saya maksud adalah Inbox penuh dengan satu nama. Si Fulan.
Beranikah
sang Ikhwan bertanggung jawab? Sangat sedikit yang berani, karena
kasus persidangan masalah “permainan” ini, makhluk berlabel ikhwan ini
selalu akan menyalahkan si Akhwat sebagai Starting Case. Dan jatuhlah
harga diri akhwat tersebut semurah harga SMS yang dia berikan kepada si
Ikhwan Rp. 88/SMS, nahasnya bila si Akhwat menggunakan fasilitas SMS
GRATIS. Na’udzubillah, lebih murah dari pelacur yang bila short time
mendapat Rp. 150.000,-. Duuuhh Syaithon, jangan sampai kau ganggu anak
dan cucu kami kelak.
Pada suatu masa, penulis pernah mengirimkan
sebuah SMS kepada seorang ustadz, karena kasus ini kembali terulang,
Ikhwan memulai kalimat-kalimat canda ke dalam ponsel akhwat.
“Assalamu’alaykum,
Ustadz, ana Fulan ingin bertanya, adakah toleransi terhadap ikhwan
yang suka mecandai seorang akhwat melalui SMS, ana tidak mampu menegur,
karena nantinya ana akan dinilai berlebihan (saklek), padahal kasus
seperti ini bisa saja menjadi penghambat dakwah itu sendiri, jzk?”
(Sent Item, 18.57)
“Waslm. Jangan memulai untuk melakukan
kemaksiatan walau melalui SMS, sebab walaupun kecil akan menjadi dosa
besar, karena bisa terjadi zina hati, serta ada kemubaziran,
dikarenakan tidak pada tempatnya. Dalam agama tentu tidak dibolehkan,
kalaupun dibolehkan sesuai kebutuhan (urgensinya) saja yang mendesak.
Coba dibicarakan kembali di bidang kaderisasi agar ada kebijakan yang
bisa dilakukan, wallahu a’lam”. (Ust. ***** *****.Lc, 19.10 WIB)
Beliau
adalah sosok ustadz yang sangat tegas dalam kasus seperti ini. Dia
pula yang menyampaikan bahaya SMS Tausyiah Ikhwan. Dengan nama lain
Coklat bermerek Tausyiah (Salim.A.Fillah). Hati siapa yang tak
terganggu? Sudah habiskah Ikhwan di muka bumi ini. Seorang Al Akh, yang
saat ini berada di Malaysia mengatakan, Sesungguhnya Syaithon itu
sangat pintar membantu manusia mencari alasan untuk pembenaran terhadap
kemaksiatan hati yang dia lakukan. Kamu yang membaca ini salah satunya
mungkin? Hayyoo.. pasti sedang mencari pembenaran, kan? Hati-hati,
karena kelak Syaithon akan berlepas diri darimu, karena pada dasarnya
ia sangat takut kepada Allah SWT.
Permainan Hati Aktivis Pasca Kampus
Seorang
dosen mengatakan, bahwasanya The Real World adalah dunia pasca kampus.
Di mana Konsentrasi mereka (Eks-Mahasiswa) akan terpecah, antara
mencari ma’isyah (nafkah-kerja) dan menjaga keistiqomahan di jalan
dakwah.
Rata-rata seorang lelaki lepas dari kampus paling muda
usia 23an. Kemudian tiga sampai lima tahun pasca kampus, mereka akan
dipusingkan bagaimana mendapatkan jodoh, dengan sistem yang serba
“ribet”, menggunakan proposal dan tetekbengek lainnya.
Jujur
penulis akui, sistem ini sangat baik dan sangat bagus. Tapi apakah
relevan ditengah gejolak informasi yang begitu deras mengalir, sehingga
ikut mengatur pola aliran energi ke otak, sehingga melahirkan
pikiran-pikiran yang menganggu keistiqomahan seseorang. Berbagai
keinginan muncul di kepala masing-masing manusia.
Karena sistem
yang “ribet” inilah kemudian para da’i muda ini berubah menjadi “buaya”
darat atau penulis punya istilah baru NELAYAN CINTA (menjelang
Proposal turun, banyak ikhwan menjadi gatel menggoda akhwat). Mereka
punya jaring bermerek Tausyiah dengan jalinan Taujih sebagai
perangkapnya. Ketika ada yang tertangkap, maka sang Nelayan akan
memeliharanya, dan kembali lagi “permainan” itu dimulai. Sang akhwat di
prospek oleh sang ikhwan, sehingga HAL YANG TAK PERLU DIANGGAP PERLU.
Tanpa melihat adakah Urgensi dari sapaan atau teguran yang dia berikan
kepada si Akhwat? Akhwat yang sudah terkena jaringnya akan terus
dijaga, dan makin terlena dengan perhatian makhluk melabeli diri
sebagai seorang Da’i.
Di bawah ini ada tiga ceritaPermainan hati aktivis pasca kampus dari sumber yang berbeda, namun masalahnya sama.
Pertama,
Seorang teman pernah curhat, ketika sehari setelah ijab qobul,
istrinya memperlihatkan sebuah SMS dari seorang ikhwan yang sama-sama
mereka kenal, ternyata menyimpan rasa dan akan melamar beberapa bulan ke
depan. Sungguh, aku tidak tahu siapa orangnya, namun karena sang
pengecut ini adalah senior kami berdua, tentu aku sangat marah. Jadi
selama ini, apa tujuan beliau berada bersama-sama kami.
Kedua,
suatu malam lebaran, seorang teman bersama temannya silaturahim ke rumah
seorang ikhwan yang sudah berkeluarga. Setelah beberapa lama, munculah
seorang muslimah dari balik tirai pintu pembatas ruang tamu dan ruang
belakang dengan membawa makanan yang penuh barokah secukupnya. Panjang
lebar kita berbincang-bincang. Dan tiba saatnya pulang. Ditengah
perjalanan, di atas motor Sang ikhwan nyeletuk “Akh, antum liat akhwat
tadi?” tanyanya. “Sekilaslah, kenapa akh?” tanya teman satu lagi.
“Akhwat itu dulu pernah suka sama ana”. Jdeerrrr.....
Lagi dan
lagi, ketika persidangan sebuah kasus, seorang ikhwan akan dengan mudah
menyalahkan akhwat sebagai tokoh yang memulai. Dan yang satu ini,
lagi-lagi seorang ikhwan mengeluarkan statement, yang entah apa yang
akan terjadi, bila suami si Akhwat mendengar ini semua. Temanku hanya
bisa beristighfar.
Ketiga, seorang istri berbincang-bincang
dengan suami yang baru menikahinya beberapa hari. Dia mengatakan bahwa
dia memiliki beberapa ikhwan nyebelin (black list), kemudian dia
menunjukkan sebuah lagu dari seorang ikhwan sebelum mereka menikah. Sang
suami mendengarkan dengan baik. Alangkah kagetnya beliau seorang
ikhwan mengirimkan lagu bertemakan cinta kepada sang akhwat. Sang suami
bertanya, kok bisa? Baca saja email balasan dari Bunga (bukan nama
sebenarnya).
Ketika dibuka email itu, memang benar-benar aneh.
Apa yang melandasi pengiriman lagu bertema cinta ini. Jadi ingat zaman
dulu, ketika mengirim surat, kalimat terakhirnya “KALAU TIDAK SUKA
DENGAN KEDATANGAN SURAT INI SILAKAN DISOBEK SAJA” tapi karena sekarang
ini teknologi sudah maju, jadi penggalan akhir surat berbunyi “KALAU
TIDAK SUKA DENGAN KIRIMAN INI DI-DELETE SAJA” via e-mail githu lho!
Ingin
mencoba membahas ini di hadapan ustadz. Tapi sudahlah maklumin, karena
umur-umur waktunya menikah namun belum juga bisa menikah, akibatnya
menjadikan seseorang RAWAN GANJEN hingga cenderung MENIKMATI
KEGENITANNYA, dan hilang akal sehatnya. Alasan khilaf dan mengaku bukan
malaikat, tetapi di depan para ustadznya dan lainnya berlagak polos,
hanif dan sholeh.
Istriku menjuluki oknum-oknum dalam
kasus-kasus di atas adalah. Wajah ustadz Otak Daki. Don’t judge the book
by its cover!! Hati-hati ikhwan, kena Black List akhwat and kemudian
disebar ke akhwat lain. (Istriku en temen2nya punya Black List
ikhwan)... Alhamdulillah, penulis gak kena ^_^
Demikianlah,
tulisan yang bertujuan sebagai Shock Therapy untuk mereka-mereka yang
berani bermain hati dan menikmati kegenitan-kegenitan diri. Tanpa
disadari, justru ulah kita inilah dakwah menjadi terhambat, sehingga
Allah SWT marah dan menunda kemenangan besar kita.
Mari bersama
kita perbaiki diri, jadilah kita pionir untuk mengentaskan Qodhoyatul
Ummah, jangan sampai justru kita yang menjadi penambah masalah ummat.
Kita bersuara perbaikan akhlak, tapi akhlak kita masih akhlak orang
munafik. Sholeh ketika bersama komunitas, namun di belakang komunitas
kita berbuat kerusakan (fasad). Wallahu a’lam
Ana, Antum, Mereka, Kalian, Kita semua pasti bisa berubah!!! Aamiin
Telanaipura, 00.35 WIB (13-3-2010),
@Master Jambi
Tidak ada komentar:
Posting Komentar