Kamis, 21 Juni 2012

betul..betul..:D


“Permainan” OKNUM Ikhwan dan Akhwat"

Essay ini adalah bentuk Shock Therapy terhadap manusia-manusia yang mengaku sebagai kader dakwah. Mereka yang masih berada di dunia kampus (Aktivis Kampus), dan di dunia di mana usia pernikahan sudah mendekat (Pasca Kampus).

Di sebuah negeri antah berantah, Allah menghendaki sebuah kampus di kota tersebut mencapai kefutuhan. BEM di kuasai, memiliki kader yang banyak dan tak ketinggalan legalisasi kampus terhadap organisasi ini telah didapat. Sehingga berbagai kegiatan begitu mudah mereka laksanakan tanpa aral melintang.

Teringat sebuah Taujih dari seorang Ustadzah (lupa namanya), dikatakan bahwasanya sebuah kampus ketika dalam perjalanan dakwah tidak mengalami cobaan yang melintang. Semua begitu mudah. Namun bukan berarti dakwah mereka baik-baik saja. Justru sebaliknya, dakwah seperti inilah yang bermasalah. Kenapa bermasalah, karena Fitrah atau Sunnatullah-nya sebuah pergerakan dakwah adalah besar dan beruntunnya cobaan yang menghalang mereka. Jadi banggalah bagi kita ketika dalam perjalanan dakwah ini, kita banyak menemukan aral melintang, namun ketika kita mampu melaluinya, maka akan Allah SWT naikkan derajat orang-orang yang di dalamnya. Tidak jarang, mereka yang merasa kampusnya tenang-tenang saja, menjadi ujub, sombong, dan syum’ah. Wallahu a’lam


Kampus ini sudah mengalami kefutuhan sangat lama. Kader mereka begitu banyak di setiap fakultas lebih 20 orang menjadi anggota inti. Kuantitas maju, tidak dibarengi dengan kualitas yang pas sesuai dengan manhaj yang mereka pegang.
Permainan Hati Aktivis Kampus
Dialog yang disampaikan salah satu MR-ku dulu.
“Ass.. Ukh, moga sehat ya, bisa datang syuro’ hari ini, semoga kesibukan anti tidak menghalangi anti untuk terus istiqomah berada di jalan dakwah ini. Sebagai sodara ana senantiasa mendo’akan saudara ana.” SMS dari seorang ikhwan.
“Wass, iya akh, jazakallah atas do’anya. Tapi ana agak sedikit sakit gigi nich, sudah minum obat padahal.” Balas si Akhwat.
“Hayyoo,, jarang sikat gini kali anti... heheh kidding” Balas si Ikhwan.
“He,, enak aja, antum kali yang jarang.. piss.” Balasnya kemudian..
Dan panjanglah malam itu SMS mereka. Saling menunggu jawaban satu sama lain. Kesan pertama tergoda syetan, selanjut terserah syetan.!!! Akhirnya mereka berdua benar-benar kesyetanan. Karena “permainan” itupun terjadi
Contoh kasus, adalah kampus di negeri antah berantah itu, entah bagaimana komunikasi mereka. Dengan jantan seorang ketua di salah satu fakultas (Ikhwan) menembak Akhwat untuk diajak menjadi bagian dari hidupnya, namun bukan untuk menikah, tapi HUBUNGAN TANPA STATUS karena PACARAN bagi mereka adalah HARAM. Begitulah pintarnya syaithan menganggu anak cucu Adam. Kalau seperti itu apa bedanya?
Kasus ini kasus klasik yang tak bisa terbantahkan, seorang Akhwat dengan pasrahnya “disetubuhi” oleh Ikhwan sehingga mengalami “kehamilan” dalam tanda kutip saya maksud adalah Inbox penuh dengan satu nama. Si Fulan.
Beranikah sang Ikhwan bertanggung jawab? Sangat sedikit yang berani, karena kasus persidangan masalah “permainan” ini, makhluk berlabel ikhwan ini selalu akan menyalahkan si Akhwat sebagai Starting Case. Dan jatuhlah harga diri akhwat tersebut semurah harga SMS yang dia berikan kepada si Ikhwan Rp. 88/SMS, nahasnya bila si Akhwat menggunakan fasilitas SMS GRATIS. Na’udzubillah, lebih murah dari pelacur yang bila short time mendapat Rp. 150.000,-. Duuuhh Syaithon, jangan sampai kau ganggu anak dan cucu kami kelak.


Pada suatu masa, penulis pernah mengirimkan sebuah SMS kepada seorang ustadz, karena kasus ini kembali terulang, Ikhwan memulai kalimat-kalimat canda ke dalam ponsel akhwat.
“Assalamu’alaykum, Ustadz, ana Fulan ingin bertanya, adakah toleransi terhadap ikhwan yang suka mecandai seorang akhwat melalui SMS, ana tidak mampu menegur, karena nantinya ana akan dinilai berlebihan (saklek), padahal kasus seperti ini bisa saja menjadi penghambat dakwah itu sendiri, jzk?” (Sent Item, 18.57)
“Waslm. Jangan memulai untuk melakukan kemaksiatan walau melalui SMS, sebab walaupun kecil akan menjadi dosa besar, karena bisa terjadi zina hati, serta ada kemubaziran, dikarenakan tidak pada tempatnya. Dalam agama tentu tidak dibolehkan, kalaupun dibolehkan sesuai kebutuhan (urgensinya) saja yang mendesak. Coba dibicarakan kembali di bidang kaderisasi agar ada kebijakan yang bisa dilakukan, wallahu a’lam”. (Ust. ***** *****.Lc, 19.10 WIB)



Beliau adalah sosok ustadz yang sangat tegas dalam kasus seperti ini. Dia pula yang menyampaikan bahaya SMS Tausyiah Ikhwan. Dengan nama lain Coklat bermerek Tausyiah (Salim.A.Fillah). Hati siapa yang tak terganggu? Sudah habiskah Ikhwan di muka bumi ini. Seorang Al Akh, yang saat ini berada di Malaysia mengatakan, Sesungguhnya Syaithon itu sangat pintar membantu manusia mencari alasan untuk pembenaran terhadap kemaksiatan hati yang dia lakukan. Kamu yang membaca ini salah satunya mungkin? Hayyoo.. pasti sedang mencari pembenaran, kan? Hati-hati, karena kelak Syaithon akan berlepas diri darimu, karena pada dasarnya ia sangat takut kepada Allah SWT.
Permainan Hati Aktivis Pasca Kampus
Seorang dosen mengatakan, bahwasanya The Real World adalah dunia pasca kampus. Di mana Konsentrasi mereka (Eks-Mahasiswa) akan terpecah, antara mencari ma’isyah (nafkah-kerja) dan menjaga keistiqomahan di jalan dakwah.


Rata-rata seorang lelaki lepas dari kampus paling muda usia 23an. Kemudian tiga sampai lima tahun pasca kampus, mereka akan dipusingkan bagaimana mendapatkan jodoh, dengan sistem yang serba “ribet”, menggunakan proposal dan tetekbengek lainnya.
Jujur penulis akui, sistem ini sangat baik dan sangat bagus. Tapi apakah relevan ditengah gejolak informasi yang begitu deras mengalir, sehingga ikut mengatur pola aliran energi ke otak, sehingga melahirkan pikiran-pikiran yang menganggu keistiqomahan seseorang. Berbagai keinginan muncul di kepala masing-masing manusia.


Karena sistem yang “ribet” inilah kemudian para da’i muda ini berubah menjadi “buaya” darat atau penulis punya istilah baru NELAYAN CINTA (menjelang Proposal turun, banyak ikhwan menjadi gatel menggoda akhwat). Mereka punya jaring bermerek Tausyiah dengan jalinan Taujih sebagai perangkapnya. Ketika ada yang tertangkap, maka sang Nelayan akan memeliharanya, dan kembali lagi “permainan” itu dimulai. Sang akhwat di prospek oleh sang ikhwan, sehingga HAL YANG TAK PERLU DIANGGAP PERLU. Tanpa melihat adakah Urgensi dari sapaan atau teguran yang dia berikan kepada si Akhwat? Akhwat yang sudah terkena jaringnya akan terus dijaga, dan makin terlena dengan perhatian makhluk melabeli diri sebagai seorang Da’i.
Di bawah ini ada tiga ceritaPermainan hati aktivis pasca kampus dari sumber yang berbeda, namun masalahnya sama.


Pertama, Seorang teman pernah curhat, ketika sehari setelah ijab qobul, istrinya memperlihatkan sebuah SMS dari seorang ikhwan yang sama-sama mereka kenal, ternyata menyimpan rasa dan akan melamar beberapa bulan ke depan. Sungguh, aku tidak tahu siapa orangnya, namun karena sang pengecut ini adalah senior kami berdua, tentu aku sangat marah. Jadi selama ini, apa tujuan beliau berada bersama-sama kami.


Kedua, suatu malam lebaran, seorang teman bersama temannya silaturahim ke rumah seorang ikhwan yang sudah berkeluarga. Setelah beberapa lama, munculah seorang muslimah dari balik tirai pintu pembatas ruang tamu dan ruang belakang dengan membawa makanan yang penuh barokah secukupnya. Panjang lebar kita berbincang-bincang. Dan tiba saatnya pulang. Ditengah perjalanan, di atas motor Sang ikhwan nyeletuk “Akh, antum liat akhwat tadi?” tanyanya. “Sekilaslah, kenapa akh?” tanya teman satu lagi. “Akhwat itu dulu pernah suka sama ana”. Jdeerrrr.....
Lagi dan lagi, ketika persidangan sebuah kasus, seorang ikhwan akan dengan mudah menyalahkan akhwat sebagai tokoh yang memulai. Dan yang satu ini, lagi-lagi seorang ikhwan mengeluarkan statement, yang entah apa yang akan terjadi, bila suami si Akhwat mendengar ini semua. Temanku hanya bisa beristighfar.


Ketiga, seorang istri berbincang-bincang dengan suami yang baru menikahinya beberapa hari. Dia mengatakan bahwa dia memiliki beberapa ikhwan nyebelin (black list), kemudian dia menunjukkan sebuah lagu dari seorang ikhwan sebelum mereka menikah. Sang suami mendengarkan dengan baik. Alangkah kagetnya beliau seorang ikhwan mengirimkan lagu bertemakan cinta kepada sang akhwat. Sang suami bertanya, kok bisa? Baca saja email balasan dari Bunga (bukan nama sebenarnya).
Ketika dibuka email itu, memang benar-benar aneh. Apa yang melandasi pengiriman lagu bertema cinta ini. Jadi ingat zaman dulu, ketika mengirim surat, kalimat terakhirnya “KALAU TIDAK SUKA DENGAN KEDATANGAN SURAT INI SILAKAN DISOBEK SAJA” tapi karena sekarang ini teknologi sudah maju, jadi penggalan akhir surat berbunyi “KALAU TIDAK SUKA DENGAN KIRIMAN INI DI-DELETE SAJA” via e-mail githu lho!


Ingin mencoba membahas ini di hadapan ustadz. Tapi sudahlah maklumin, karena umur-umur waktunya menikah namun belum juga bisa menikah, akibatnya menjadikan seseorang RAWAN GANJEN hingga cenderung MENIKMATI KEGENITANNYA, dan hilang akal sehatnya. Alasan khilaf dan mengaku bukan malaikat, tetapi di depan para ustadznya dan lainnya berlagak polos, hanif dan sholeh.
Istriku menjuluki oknum-oknum dalam kasus-kasus di atas adalah. Wajah ustadz Otak Daki. Don’t judge the book by its cover!! Hati-hati ikhwan, kena Black List akhwat and kemudian disebar ke akhwat lain. (Istriku en temen2nya punya Black List ikhwan)... Alhamdulillah, penulis gak kena ^_^


Demikianlah, tulisan yang bertujuan sebagai Shock Therapy untuk mereka-mereka yang berani bermain hati dan menikmati kegenitan-kegenitan diri. Tanpa disadari, justru ulah kita inilah dakwah menjadi terhambat, sehingga Allah SWT marah dan menunda kemenangan besar kita.
Mari bersama kita perbaiki diri, jadilah kita pionir untuk mengentaskan Qodhoyatul Ummah, jangan sampai justru kita yang menjadi penambah masalah ummat. Kita bersuara perbaikan akhlak, tapi akhlak kita masih akhlak orang munafik. Sholeh ketika bersama komunitas, namun di belakang komunitas kita berbuat kerusakan (fasad). Wallahu a’lam
Ana, Antum, Mereka, Kalian, Kita semua pasti bisa berubah!!! Aamiin
Telanaipura, 00.35 WIB (13-3-2010),
@Master Jambi

Tips DEKAT dengan Allah:D

Kadang-kadang kita teringin untuk berdamping dengan Yang Maha Kuasa namun buntu apa caranya. InsyaAllah kita sama-sama amalkan 6 kaedah mudah untuk mendekatkan diri dengan Al-Malik (Yang Maha Agung)

"Dan apabila hamba-hamba-Ku bertanya kepadamu tentang Aku, maka (jawablah), bahwasanya Aku adalah dekat. Aku mengabulkan permohonan orang yang berdoa apabila ia memohon kepada-Ku, maka hendaklah mereka itu memenuhi (segala perintah-Ku) dan hendaklah mereka beriman kepada-Ku, agar mereka selalu berada dalam kebenaran" 2:186

Spread The Messsage, Share The Reward.

Renungan Untuk Aktivis Dakwah

“Ustadz, dulu ana merasa semangat dalam dakwah. Tapi belakangan rasanya semakin hambar. Ukhuwah makin kering. Bahkan ana melihat ternyata ikhwah banyak pula yang aneh-aneh.” Begitu keluh kesah seorang mad’u kepada murabbinya di suatu malam.

Sang murabbi hanya terdiam, mencoba terus menggali semua kecamuk dalam diri mad’unya. “Lalu, apa yang ingin …antum lakukan setelah merasakan semua itu?” sahut sang murabbi setelah sesaat termenung.

“Ana ingin berhenti saja, keluar dari tarbiyah ini. Ana kecewa dengan perilaku beberapa ikhwah yang justru tidak islami. Juga dengan organisasi dakwah yang ana geluti, kaku dan sering mematikan potensi anggota-anggotanya. Bila begini terus, ana mendingan sendiri saja…” jawab mad’u itu.
Sang murabbi termenung kembali. Tidak tampak raut terkejut dari roman wajahnya. Sorot matanya tetap terlihat tenang, seakan jawaban itu memang sudah diketahuinya sejak awal.

“Akhi, bila suatu kali antum naik sebuah kapal mengarungi lautan luas. Kapal itu ternyata sudah amat bobrok. Layarnya banyak berlubang, kayunya banyak yang keropos bahkan kabinnya bau kotoran manusia. Lalu, apa yang akan antum lakukan untuk tetap sampai pada tujuan?” tanya sang murabbi dengan kiasan bermakna dalam.

Sang mad’u terdiam berpikir. Tak kuasa hatinya mendapat umpan balik sedemikian tajam melalui kiasan yang amat tepat.
“Apakah antum memilih untuk terjun ke laut dan berenang sampai tujuan?” sang murabbi mencoba memberi opsi.

“Bila antum terjun ke laut, sesaat antum akan merasa senang. Bebas dari bau kotoran manusia, merasakan kesegaran air laut, atau bebas bermain dengan ikan lumba-lumba. Tapi itu hanya sesaat. Berapa kekuatan antum untuk berenang hingga tujuan? Bagaimana bila ikan hiu datang? Darimana antum mendapat makan dan minum? Bila malam datang, bagaimana antum mengatasi hawa dingin?” serentetan pertanyaan dihamparkan di hadapan sang mad’u.
Tak ayal, sang mad’u menangis tersedu. Tak kuasa rasa hatinya menahan kegundahan sedemikian. Kekecewaannya kadung memuncak, namun sang murabbi yang dihormatinya justru tidak memberi jalan keluar yang sesuai dengan keinginannya.

“Akhi, apakah antum masih merasa bahwa jalan dakwah adalah jalan yang paling utama menuju ridho Allah?” Pertanyaan menohok ini menghujam jiwa sang mad’u. Ia hanya mengangguk.

“Bagaimana bila ternyata mobil yang antum kendarai dalam menempuh jalan itu temyata mogok? Antum akan berjalan kaki meninggalkan mobil itu tergeletak di jalan, atau mencoba memperbaikinya?” tanya sang murabbi lagi.

Sang mad’u tetap terdiam dalam sesenggukan tangis perlahannya.
Tiba-tiba ia mengangkat tangannya, “Cukup ustadz, cukup. Ana sadar. Maafkan ana. Ana akan tetap istiqamah. Ana berdakwah bukan untuk mendapat medali kehormatan. Atau agar setiap kata-kata ana diperhatikan…”

“Biarlah yang lain dengan urusan pribadi masing-masing. Ana akan tetap berjalan dalam dakwah ini. Dan hanya Allah saja yang akan membahagiakan ana kelak dengan janji-janji-Nya. Biarlah segala kepedihan yang ana rasakan jadi pelebur dosa-dosa ana”, sang mad’u berazzam di hadapan murabbi yang semakin dihormatinya.

Sang murabbi tersenyum. “Akhi, jama’ah ini adalah jama’ah manusia. Mereka adalah kumpulan insan yang punya banyak kelemahan. Tapi di balik kelemahan itu, masih amat banyak kebaikan yang mereka miliki. Mereka adalah pribadi-pribadi yang menyambut seruan Allah untuk berdakwah. Dengan begitu, mereka sedang berproses menjadi manusia terbaik pilihan Allah.”
“Bila ada satu dua kelemahan dan kesalahan mereka, janganlah hal itu mendominasi perasaan antum. Sebagaimana Allah ta’ala menghapus dosa manusia dengan amal baik mereka, hapuslah kesalahan mereka di mata antum dengan kebaikan-kebaikan mereka terhadap dakwah selama ini. Karena di mata Allah, belum tentu antum lebih baik dari mereka.”
“Futur, mundur, kecewa atau bahkan berpaling menjadi lawan bukanlah jalan yang masuk akal. Apabila setiap ketidak-sepakatan selalu disikapi dengan jalan itu, maka kapankah dakwah ini dapat berjalan dengan baik?” sambungnya panjang lebar.

“Kita bukan sekedar pengamat yang hanya bisa berkomentar. Atau hanya pandai menuding-nuding sebuah kesalahan. Kalau hanya itu, orang kafirpun bisa melakukannya. Tapi kita adalah da’i. Kita adalah khalifah. Kitalah yang diserahi amanat oleh Allah untuk membenahi masalah-masalah di muka bumi. Bukan hanya mengeksposnya, yang bisa jadi justru semakin memperuncing masalah.”
“Jangan sampai, kita seperti menyiram bensin ke sebuah bara api. Bara yang tadinya kecil tak bernilai, bisa menjelma menjadi nyala api yang membakar apa saja. Termasuk kita sendiri!”


Sang mad’u termenung merenungi setiap kalimat murabbinya. Azzamnya memang kembali menguat. Namun ada satu hal tetap bergelayut dihatinya.
“Tapi bagaimana ana bisa memperbaiki organisasi dakwah dengan kapasitas ana yang lemah ini?” sebuah pertanyaan konstruktif akhirnya muncul juga.
“Siapa bilang kapasitas antum lemah? Apakah Allah mewahyukan begitu kepada antum? Semua manusia punya kapasitas yang berbeda. Namun tidak ada yang bisa menilai, bahwa yang satu lebih baik dari yang lain!” sahut sang murabbi.
“Bekerjalah dengan ikhlas. Berilah taushiah dalam kebenaran, kesabaran dan

kasih sayang kepada semua ikhwah yang terlibat dalam organisasi itu. Karena peringatan selalu berguna bagi orang beriman. Bila ada sebuah isyu atau gosip, tutuplah telinga antum dan bertaubatlah. Singkirkan segala ghil (dengki, benci, iri hati) antum terhadap saudara antum sendiri. Dengan itulah, Bilal yang mantan budak hina menemui kemuliaannya.”

Suasana dialog itu mulai mencair. Semakin lama, pembicaraan melebar dengan akrabnya. Tak terasa, kokok ayam jantan memecah suasana. Sang mad’u bergegas mengambil wudhu untuk qiyamullail malam itu. Sang murabbi sibuk membangunkan beberapa mad’unya yang lain dari asyik tidurnya.
Malam itu, sang mad’u menyadari kekhilafannya. Ia bertekad untuk tetap berputar bersama jama’ah dalam mengarungi jalan dakwah. Pencerahan diperolehnya. Demikian juga yang diharapkan dari Antum/antunna yang membaca tulisan ini.. Insya Allah kita tetap istiqamah di jalan dakwah ini.. Dalam samudera tarbiyah ini..
Wallahu a’lam.


sumber: Majalah Al-Izzah, No. 07/Th.4

Belajar CInta Dari Al-Qur'an

Sepucuk surat, ada di tangan kanan Abu Dzar Al Ghifari. Dua bola matanya meneliti deretan kalimat di atas kertas yang terbuat dari pelepah kurma kering. Sahabat Nabi itu, tidak kenal siapa pengirimnya. Tapi, dari ungkapan dalam surat, terkesan penulis sangat kenal dengan Abu Dzar. Isi surat tersebut, meminta nasihat dari beliau.

Abu Dzar mengambil kertas dan pena. Lalu, dengan cekatan beliau menggerakkan jemarinya, dan menuliskan kalimat ini, "Jangan sakiti, orang yang paling Anda cintai!" Singkat, tapi penuh makna. Beliau berikan surat itu kepada orang yang membawa surat untuknya.

Pengirim surat, menerima surat balasan dari Abu Dzar. Ia mengerutkan dahi. Sambil menatap surat itu, ia bergumam, "Lho, apa maksudnya nasihat ini? Aneh, tidak masuk akal ada orang yang memusuhi dan membenci orang yang ia cintai. Siapapun tidak akan menyakiti orang yang paling ia cintai. Justru sebaliknya, ia membela dengan jiwa ragga, dan seluruh harta yang ia miliki. Masa sih, Abu Dzar sebagai Lukman Hakim zaman ini, salah tulis?"

Laki-laki itu terus berpikir, namun ia tetap bingung. Akhirnya, ia memutuskan untuk mengirim surat lagi, menanyakan maksud nasihat tersebut. Abu Dzar pun kembai memberikan jawaban. Dalam surat kedua, tertera penjelasan seperti ini, >>Sesungguhnya, maksud dari orang yang paling Anda cintai adalah dirimu sendiri. Bukankah Anda mencintai dirimu melebihi cintamu terhadap orang lain? Jadi, maksud nasihatku adalah "Jangan pernah menyakiti diri Anda sendiri. Tidakkah Anda memerhatikan, betapa banyaknya manusia menyakiti diri sendiri? Mereka sering berbuat dosa dan kejahatan dengan maksud membahagiakan diri mereka, padahal hakikatnya, mereka sedang menyakiti diri mereka sendiri"<<

Sahabat S2 yang kami cintai karna karna ALLAH...
InsyaALLAH ^_^

Memang terkadang tanpa kita sadari, kita tidak mencintai diri kita. Kita sakiti diri dengan berbagagi macam perbuatan dosa. Kita merasa, tanpa Al-Qur'an, bisa meraih kesuksesan dan kebahagiaan. Lebih parah lagi, manakala kita berkeyakinan, bahwa mengikuti prinsip Al-Qur'an akan membuat hidup kita susah. Karena Al-Qur'an, melarang ini dan itu. Padahal, kalau kita sungguh-sunggguh memahami Al-Qur'an, larangan itu hanya sekian persen saja dan itu untuk kebaikan diri kita. Selebihnya adalah untuk membantu kita mengembangkan diri.

"Kami tidak menurunkan Al-Qur'an ini kepadamu agar kamu menjadi susah"
(QS. Thaha: 2)

Sekali lagi, Al-Qur'an itu, tidak pernah akan membuat kita susah. Sebab, ia justru memudahkan kita meraih kesuksesan dan kebahagiaan. Bukan hanya sukses dan bahagia di dunia, melainkan sampai akhirat. Ia datang dari ALLAH Subhanahu Wa Ta'ala untuk membimbing kita agar hidup kita bermakna dan penuh dengan cinta.

Semoga bermanfaat untuk ku dan untuk mu Sahabat S2 ^_^

Referensi: Dalam buku Quranic Quitient Karya Udo Yamin Efendi Majdi

By. Admint II "Ummi Azwa"
^_^

Kisah Nafsu Yang durhaka pada Allah

Dalam sebuah kitab karangan 'Ustman bin Hasan bin Ahmad Asy-Syaakir Alkhaubawiyi, seorang ulama yang hidup dalam abad ke XIII Hijriah, menerangkan bahwa sesungguhnya Allah S.W.T telah menciptakan akal, maka Allah S.W.T telah berfirman yang artinya : "Wahai akal menghadaplah engkau." Maka akal pun menghadap kehadapan Allah S.W.T., kemudian Allah S.W.T berfirman yang artinya : "Wahai akal berbaliklah engkau!", lalu akal pun berbalik.
Kemudian Allah S.W.T. berfirman lagi yang artinya : "Wahai akal! Siapakah aku?". Lalu akal pun berkata, "Engkau adalah Tuhan yang menciptakan aku dan aku adalah hamba-Mu yang daif dan lemah."

Lalu Allah S.W.T berfirman yang artinya : "Wahai akal tidak Ku-ciptakan makhluk yang lebih mulia daripada engkau."
Setelah itu Allah S.W.T menciptakan nafsu, dan berfirman kepadanya yang artinya : "Wahai nafsu, menghadaplah kamu!". Nafsu tidak menjawab sebaliknya diam saja. Kemudian Allah S.W.T berfirman lagi yang artinya : "Siapakah engkau dan siapakah Aku?". Lalu nafsu berkata, "Aku adalah aku, dan Engkau adalah Engkau."
Setelah itu Allah S.W.T menyiksanya dengan neraka jahim selama 100 tahun, dan kemudian mengeluarkannya. Kemudian Allah S.W.T berfirman yang artinya : "Siapakah engkau dan siapakah Aku?". Lalu nafsu berkata, "Aku adalah aku dan Engkau adalah Engkau."

Lalu Allah S.W.T menyiksa nafsu itu dalam neraka Juu' (neraka dengan siksaan lapar yang teramat sangat) selama 100 tahun. Setelah dikeluarkan maka Allah S.W.T berfirman yang artinya : "Siapakah engkau dan siapakah Aku?". Akhirnya nafsu mengakui dengan berkata, " Aku adalah hamba-Mu dan Kamu adalah tuhanku."
Dalam kitab tersebut juga diterangkan bahwa dengan sebab itulah maka Allah S.W.T mewajibkan puasa.
Dalam kisah ini dapatlah kita mengetahui bahwa nafsu itu adalah sangat jahat oleh karena itu hendaklah kita menjaga nafsu itu, jangan biarkan nafsu itu mengendalikan kita, sebab kalau dia yang mengendalikan kita maka akan menjadi rusak akhlaq kita.


#Afwan Jiddan!
Wassalamu 'alaykum..!

Sabtu, 01 Mei 2010

Cara termudah menghapal al-Qur'an




bismillahirrahmanirrahim..
menghapal alqur'an,,..^^hayooo

Segala pujian hanya milik Allah, shalawat dan salam semoga terlimpahkan kepada Nabi kita Muhammad, kepada keluarganya, dan para sahabat seluruhnya.
Keistimewaan metode ini adalah seseorang akan memperoleh kekuatan dan kemapanan hafalan serta dia akan cepat dalam menghafal sehingga dalam waktu yang singkat dia akan segera mengkhatamkan Al-Quran. Berikut kami akan paparkan metodenya beserta pencontohan dalam menghafal surah Al-Jumuah:
1. Bacalah ayat pertama sebanyak 20 kali.
2. Bacalah ayat kedua sebanyak 20 kali.
3. Bacalah ayat ketiga sebanyak 20 kali.
4. Bacalah ayat keempat sebanyak 20 kali
5. Keempat ayat di atas dari awal hingga akhir digabungkan dan dibaca ulang sebanyak 20 kali.
6. Bacalah ayat kelima sebanyak 20 kali
7. Bacalah ayat keenam sebanyak 20 kali
8. Bacalah ayat ketujuh sebanyak 20 kali
9. Bacalah ayat kedelapan sebanyak 20 kali.
10. Keempat ayat (ayat 5-8) di atas dari awal hingga akhir digabungkan dan dibaca ulang sebanyak 20 kali.
11. Bacalah ayat pertama hingga ayat ke 8 sebanyak 20 kali untuk memantapkan hafalannya.
Demikian seterusnya pada setiap surah hingga selesai menghafal seluruh surah dalam Al-Quran. Jangan sampai kamu menghafal dalam sehari lebih dari seperdelapan juz, karena itu akan menyebabkan hafalanmu bertambah berat sehingga kamu tidak bisa menghafalnya.
JIKA AKU INGIN MENAMBAH HAFALAN PADA HARI BERIKUTNYA, BAGAIMANA CARANYA?
Jika kamu ingin menambah hafalan baru (halaman selanjutnya) pada hari berikutnya, maka sebelum kamu menambah dengan hafalan baru dengan metode yang aku sebutkan di atas, maka anda harus membaca hafalan lama (halaman sebelumnya) dari ayat pertama hingga ayat terakhir (muraja’ah) sebanyak 20 kali agar hafalan ayat-ayat sebelumnya tetap kokoh dan kuat dalam ingatanmu. Kemudian setelah mengulangi (muraja’ah) maka baru kamu bisa memulai hafalan baru dengan metode yang aku sebutkan di atas.

BAGAIMANA CARANYA AKU MENGGABUNGKAN ANTARA MENGULANG (MURAJA’AH) DENGAN MENAMBAH HAFALAN BARU?
Jangan sekali-kali kamu menambah hafalan Al-Qur'an tanpa mengulang hafalan yang sudah ada sebelumya. Hal itu karena jika kamu hanya terus-menerus melanjutkan menghafal Al-Qur’an hingga khatam tapi tanpa mengulanginya terlebih dahulu, lantas setelah khatam kamu baru mau mengulanginya dari awal, maka secara tidak disadari kamu telah banyak kehilangan hafalan yang pernah dihafal. Oleh karena itu metode yang paling tepat dalam menghafal adalah dengan menggabungkan antara murajaah (mengulang) dan menambah hafalan baru. Bagilah isi Al-Qur'an menjadi tiga bagian,yang mana satu bagian berisi 10 juz. Jika dalam sehari kamu telah menghafal satu halaman maka ulangilah dalam sehari empat halaman yang telah dihafal sebelumnya hingga kamu menyelesaikan 10 juz. Jika kamu telah berhasil menyelesaikan 10 juz maka berhentilah menghafal selama satu bulan penuh dan isi dengan mengulang apa yang telah dihafal, dengan cara setiap hari kamu mengulangi (meraja’ah) sebanyak 8 halaman.
Setelah selesai satu bulan kamu mengulangi hafalan, sekarang mulailah kembali dengan menghafal hafalan baru sebanyak satu atau dua lembar tergantung kemampuan, sambil kamu mengulangi setiap harinya 8 halaman hingga kamu bisa menyelesaikan hafalan 20 juz. Jika kamu telah menghafal 20 juz maka berhentilah menghafal selama 2 bulan untuk mengulangi hafalan 20 juz, dimana setiap hari kamu harus mengulang (meraja’ah) sebanyak 8 halaman. Jika sudah mengulang selama dua bulan, maka mulailah kembali dengan menghafal hafalan baru sebanyak satu atau dua lembar tergantung kemampuan, sambil kamu mengulangi setiap harinya 8 halaman hingga kamu bisa menyelesaikan seluruh Al-Qur’an.
Jika anda telah selesai menghafal semua isi Al-Qur'an, maka ulangilah 10 juz pertama secara tersendiri selama satu bulan, dimana setiap harinya kamu mengulang setengah juz. Kemudian pindahlah ke 10 juz berikutnya, juga diulang setengah juz ditambah 8 halaman dari sepuluh juz pertama setiap harinya. Kemudian pindahlah untuk mengulang 10 juz terakhir dari Al-Qur'an selama sebulan, dimana setiap harinya mengulang setengah juz ditambah 8 halaman dari 10 juz pertama dan 8 halaman dari 10 juz kedua.

BAGAIMANA CARA MERAJA’AH AL-QURAN (30 JUZ) SETELAH AKU MENYELESAIKAN METODE MURAJA’AH DI ATAS?
Mulailah mengulangi Al-Qur’an secara keseluruhan dengan cara setiap harinya mengulang 2 juz, dengan mengulanginya 3 kali dalam sehari. Dengan demikian maka kamu akan bisa mengkhatamkan Al-Qur’an sekali setiap dua minggu.
Dengan metode seperti ini maka dalam jangka satu tahun (insya Allah) kamu telah mutqin (kokoh) dalam menghafal Al-Qur’an, dan lakukanlah cara ini selama satu tahun penuh.

APA YANG AKU LAKUKAN SETELAH MENGHAFAL AL-QUR’AN SELAMA SATU TAHUN?
Setelah menguasai hafalan dan mengulanginya dengan itqan (mantap) selama satu tahun, hendaknya bacaan Al-Qur’an yang kamu baca setiap hari hingga akhir hayatmu adalah bacaan yang dilakukan oleh Nabi -shallallahu alaihi wasallam- semasa hidup beliau. Beliau membagi isi Al-Qur'an menjadi tujuh bagian (dimana setiap harinya beliau membaca satu bagian tersebut), sehingga beliau mengkhatamkan Al-Qur’an sekali dalam sepekan.
Aus bin Huzaifah -rahimahullah- berkata: Aku bertanya kepada para sahabat Rasulullah -shallallahu alaihi wasallam-, “Bagaimana caranya kalian membagi Al-Qur'an untuk dibaca setiap hari?” Mereka menjawab:
نُحَزِّبُهُ ثَلَاثَ سُوَرٍ وَخَمْسَ سُوَرٍ وَسَبْعَ سُوَرٍ وَتِسْعَ سُوَرٍ وَإِحْدَى عَشْرَةَ سُورَةً وَثَلَاثَ عَشْرَةَ سُورَةً وَحِزْبَ الْمُفَصَّلِ مِنْ قَافْ حَتَّى يُخْتَمَ
“Kami membaginya menjadi (tujuh bagian yakni): Tiga surat, lima surat, tujuh surat, sembilan surat, sebelas surat, tiga belas surat, dan hizb al-mufashshal yaitu dari surat Qaf sampai akhir (mushaf).” (HR. Ahmad no. 15578).
Maksudnya:
- Hari pertama: Mereka membaca surat “al-fatihah” hingga akhir surat “an-nisa`”.
- Hari kedua: Dari surat “al-maidah” hingga akhir surat “at-taubah”.
- Hari ketiga: Dari surat “Yunus” hingga akhir surat “an-nahl”.
- Hari keempat: Dari surat “al-isra” hingga akhir surat “al-furqan”.
- Hari kelima: Dari surat “asy-syu’ara” hingga akhir surat “Yasin”.
- Hari keenam: Dari surat “ash-shaffat” hingga akhir surat “al-hujurat”.
- Hari ketujuh: Dari surat “qaaf” hingga akhir surat “an-nas”.
Para ulama menyingkat bacaan Al-Qur'an Nabi -shallallahu alaihi wasallam- ini menjadi kata: ”فَمِي بِشَوْقٍ“. Setiap huruf yang tersebut menjadi simbol dari awal surat yang dibaca oleh Nabi -shallallahu alaihi wasallam- pada setiap harinya. Maka:
- Huruf “fa`” adalah simbol dari surat “al-fatihah”. Maksudnya bacaan Al-Qur'an beliau di hari pertama dimulai dari surah al-fatihah.
- Huruf “mim” maksudnya bacaan Al-Qur'an beliau di hari kedua dimulai dari surah al-maidah.
- Huruf “ya`” maksudnya bacaan Al-Qur'an beliau di hari ketiga dimulai dari surah Yunus.
- Huruf ”ba`” maksudnya bacaan Al-Qur`an beliau di hari keempat dimulai dari surah Bani Israil yang juga dinamakan surah al-isra`.
- Huruf “syin” maksudnya bacaan Al-Qur'an beliau di hari kelima dimulai dari surah asy-syu’ara`.
- Huruf “waw” maksudnya bacaan Al-Qur'an beliau di hari keenam dimulai dari surah wash shaffat.
- Huruf “qaaf” maksudnya bacaan Al-Qur'an beliau di hari ketujuh dimulai dari surah qaf hingga akhir muashaf yaitu surah an-nas.
Adapun pembagian hizib yang ada pada Al-Qur'an sekarang, maka itu tidak lain adalah buatan Hajjaj bin Yusuf.

BAGAIMANA CARA MEMBEDAKAN ANTARA BACAAN YANG MUTASYABIH (AYAT YANG MIRIP) DALAM AL-QUR’AN?
Cara terbaik untuk membedakan antara dua ayat yang kelihatannya menurut kamu hampir sama (mutasyabih), adalah dengan cara membuka mushaf dan carilah kedua ayat tersebut. Lalu carilah perbedaan antara kedua ayat tersebut, cermatilah perbedaan tersebut, kemudian buatlah tanda/catatan (di dalam hatimu) yang bisa kamu jadikan sebagai tanda untuk membedakan antara keduanya. Kemudian, ketika kamu melakukan murajaah hafalan, maka perhatikanlah perbedaan tersebut secara berulang-ulang sampai kamu mutqin dalam mengingat perbedaan antara keduanya.
BEBERAPA KAIDAH DAN KETENTUAN DALAM MENGHAFAL AL-QUR`AN:
1. Kamu harus menghafal melalui bantuan seorang guru yang bisa membenarkan bacaanmu jika salah.
2. Hafalkanlah 2 halaman setiap hari: 1 halaman setelah subuh dan 1 halaman setelah ashar atau maghrib. Dengan metode seperti ini (insya Allah) kamu akan bisa menghafal Al-Qur`an secara mutqin dalam kurun waktu satu tahun. Tetapi jika kamu memperbanyak kapasitas hafalan setiap harinya maka kemampuan menghafalmu akan melemah.
3. Menghafallah mulai dari surat an-nas hingga surat al-baqarah karena hal itu lebih mudah. Tapi setelah kamu menghafal Al-Qur`an maka urutan meraja’ahmu dimulai dari Al-Baqarah sampai An-Nas.
4. Dalam menghafal hendaknya menggunakan satu mushaf saja (baik dalam cetakan maupun bentuknya), karena hal itu sangat membantu dalam menguatkan hafalan dan agar lebih cepat mengingat letak-letak ayatnya, ayat apa yang ada di akhir halaman ini dan ayat apa yang ada di awal halaman sebelahnya.
5. Setiap orang yang menghafal Al-Qur’an pada 2 tahun pertama biasanya apa yang telah dia hafal masih mudah hilang, dan masa ini disebut fase at-tajmi’ (pengumpulan hafalan). Karenanya janganlah kamu bersedih karena ada sebagian hafalanmu yang kamu lupa atau kamu banyak keliru dalam hafalan. Ini adalah fase yang sulit sebagai ujian bagimu, dan ini adalah fase rentan yang bisa menjadi pintu masuknya setan untuk menghentikan kamu dari menghafal Al-Qur'an. Tolaklah was-was tersebut dari dalam hatimu dan teruslah menghafal, karena dia (menghafal Al-Qur'an) merupakan perbendaharaan harta yang tidak diberikan kepada sembarang orang.
[Oleh: Asy-Syaikh Dr. Abdul Muhsin Muhammad Al-Qasim, imam dan khathib di Masjid Nabawi]

http://al-atsariyyah.com