Sabtu, 03 Januari 2009

Wilayah Suci yang Jadi Rebutan

Liputan6.com, Jalur Gaza: Agresi Israel ke Palestina menjadi bagian dari episode panjang konflik kedua bangsa tersebut. Isu konflik ini menjadi sensitif karena terkait perebutan tanah yang dianggap suci oleh tiga agama besar yakni Kristen, Islam, dan Yahudi. Persoalan selanjutnya melebar ke ranah lain.

Selama berabad-abad, wilayah Timur Tengah kerap menjadi saksi konflik. Hingga pada akhir abad ke-19, mulai muncul semangat nasionalisme di kalangan Arab maupun Yahudi. Dengan berakhirnya Perang Dunia I serta pemerintahan Ottoman, sesuai mandat Liga Bangsa-Bangsa, Palestina berada di bawah kendali Inggris.

Pada masa itu yakni 1917, lahirlah Deklarasi Balfour yang menjanjikan pengakuan bagi bangsa Palestina maupun Yahudi di wilayah yang sama. Usai Perang Dunia II, isu tersebut diserahkan ke Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB). Pada 1947, PBB menyetujui pembagian wilayah menjadi Israel dan Palestina. Selanjutnya negara Israel berdiri pada 14 mei 1948.

Selama beberapa dekade, keberadaan Israel tak pernah diakui negara-negara Arab. Hingga pada 1964, didirikan organisasi pembebasan palestina atau PLO dengan misi menjaga keutuhan wilayah Palestina. Namun, perang enam hari pada tahun 1967 mengubah keadaan. Israel merebut wilayah tepi barat dari Yordania, Jalur Gaza dari Mesir, dan Yerusalem Timur.

Pentingnya status Yerusalem serta pendudukan tepi barat dan Jalur Gaza menyebabkan perbedaan pendapat tak pernah berhenti dan muncul perlawanan bangsa Palestina melalui Intifada. Perlawanan pertama pada 1987 lalu terjadi lagi tahun 2000. Upaya perdamaian yang dibantu pihak ketiga sempat memunculkan optimisme, meski akhirnya dimentahkan.

Optimisme memuncak setelah Pemilihan Umum Palestina pada 2006 dimenangkan Kelompok Hamas. Kelompok ini jelas-jelas menentang keberadaan Israel. Sebagai reaksi, Israel menutup diri terhadap negosiasi berarti. Sementara itu, keadaan di lapangan tak bertambah baik.

Lantaran terdesak pendudukan Israel, wilayah Palestina makin tersudut. Sementara jumlah pengungsi terus bertambah. Saat ini, diperkirakan ada sekitar 4 juta orang hidup di Tepi Barat dan Jalur Gaza. Tak jauh dari mereka, hidup 7 juta penduduk Israel yang juga merasa berhak atas tanah kelahiran. Ketegangan diperkirakan baru akan mereda jika terjadi kesepakatan antara Israel dan Palestina.(IKA/Tim Liputan 6 SCTV)

Tidak ada komentar: