Sabtu, 03 Januari 2009

Penyaluran Bantuan ke Palestina Lewat Yordania


Liputan6.com, Doha: Akses masuk penyaluran bantuan kemanusiaan dari Indonesia untuk Palestina lebih berpeluang melalui Yordania ketimbang lewat Mesir. Wartawan ANTARA, Andi Jauhari yang ikut serta dalam misi kemanusiaan, Jumat (2/1), melaporkan dari Doha, Qatar, bantuan kemanusiaan dari pemerintah berupa obat-obatan seberat dua ton senilai Rp 300 juta lebih. Obat-obatan ini disumbangkan untuk rakyat Palestina yang kini banyak mengalami luka kritis akibat bombardir membabi buta agresi Israel.

Pertimbangan mengawal bantuan melalui jalur Yordania dipastikan setelah pihak Departemen Kesehatan yang diwakili Kepala Pusat Pengendalian Krisis, dokter Rustam S Pakaya dan Direktur Urusan Timur Tengah Departemen Luar Negeri, mendapatkan informasi terakhir mengenai situasi di perbatasan.

Rombongan tim Aju Indonesia tiba di Bandar Udara Doha, Qatar, Jumat dini hari, sekitar pukul 05.00 waktu setempat. Sebelumnya relawan dilepas Menteri Kesehatan Siti Fadilah Supari di Bandara Soekarno-Hatta Kamis malam. Rombongan sempat transit di Bandara Doha selama enam jam untuk kemudian berangkat menuju Amman, Yordania. Di Amman, rombongan berkoordinasi dengan Kedutaan Besar RI di Yordania untuk mengatur rencana masuknya penyaluran bantuan ke Jalur Gaza.

Anggota Tim Aju terdiri dari perwakilam Pusat Pengendalian Krisis Departemen Kesehatan dokter Rustam S Pakaya, MPH, dr Lukcy Tjahjono, M Kes dan Aidil Chandra Salim, M.Comm dari perwakilam Direktur Urusan Timur Tengah Departemen Luar Negeri, dr Joserizal Jurnalis, SpBO, dr Mohammad Mursalimm dari Medical Emergency Rescue Committe (Mer-C), dr Arif Rahman dari Muhammadiyah, dr Basuki Supartono serta dr Agus Kooshartoro dari Bulan Sabit Merah Indonesia (BSMI).

Selain itu, juga ikut dalam rombongan sejumlah jurnalis dari media cetak dan elektronik, diantaranya Mahendro Wisnu Wardono (Metro TV), Sahlan Basir (TVRI), Fitra Ratory, Ismail Fahmi (TV One), Hanibal Widada Yudya Wijayanta (ANTV) dan Nirzam Fahmi (Trans TV).

Menurut Ketua PPK Depkes, Rustam S Pakaya, akses masuk bantuan obat-obatan dari pemerintah Indonesia hingga kini terus dirundingkan karena terus dihalangi pihak Israel. "Informas ini kami dapatkan dari Bachtiar Saleh, pengurus konsulat kita di Amman, Yordania, sehingga kita sedang berunding untuk mekanisme teknis dan perizinan agar bantuan dari Indonesia bisa masuk," jelas Rustam.

Rustam menambahkan, kini warga Palestina yang menjadi korban serangan agresi Israel telah mengungsi ke perbatasan di Amman, khususnya di Tepi Barat sungai Yordania. Seluruh bantuan kemanusiaan kepada Palestina yang melalui pintu masuk Yordania hanya bisa masuk dengan izin Israel.

"Karena Indonesia tidak punya hubungan diplomatik, maka akses masuk untuk mengirim bantuan obat-obatan itu mesti diupayakan melalui lembaga yang sudah punya akses, dan itu adalah `Jordan Charity`," kata Rustam. Sejauh ini, ada harapan baik karena Israel telah menunjukkan "sinyal hijau" untuk dapat mengizinkan bantuan obat-obatan dari pemerintah Indonesia itu.

Hanya saja, tambah Rustam, karena bantuan dari Indonesia dikategorikan sebagai "bukan darurat", maka prosedur yang harus dilalui adalah bantuan tersebut harus berada di Bandara Amman selama tiga hari untuk pemeriksaan, dan setelah dinilai tidak bermasalah baru diijinkan masuk.(UPI/ANTARA)

Tidak ada komentar: